Ticker

6/recent/ticker-posts

Artikel "Guru Generasi Millennial"


OLEH: FRIANITA RISWANDI GABAN, S.Si.

Guru merupakan salah satu penentu kesuksesan pendidikan baik formal maupun non formal. Peran guru dalam dunia pendidikan tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan kemampuan pengetahuan yang dimiliki guru dapat menghasilkan putera puteri bangsa yang berwawasan luas dan berprestasi. Di Indonesia, guru sudah banyak yang kualifikasi pendidikannya strata 1 (S1) dan strata 2 (S2). Tidak semua guru berkesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, banyak faktor penghambat para guru dalam melanjutkan pendidikannya.

Beberapa faktor penyebab terhambatnya para guru melanjutkan pendidikan adalah dari diri pribadi guru itu sendiri. Kemauan dari dalam dirinya sendiri yang tidak dapat memotivasi diri untuk menambah ilmu dan wawasan untuk menyokong pekerjaannya, dan juga ketidaksiapannya dengan tugas-tugas perkuliahan yang akan dihadapi serta biaya pendidikan. Di samping itu, ada pula guru yang tempat tinggal dan tempat tugasnya bukan di kota-kota besar, yang dengan usaha yang harus ekstra untuk dapat menempuh tempat kuliah yang jaraknya sangat jauh. Karena faktor jarak yang jauh ini juga membuat para guru harus berpikir ulang untuk melanjutkan pendidikannya. Ada pula guru yang sebenarnya secara biaya sanggup melanjutkan pendidikan, tetapi tidak mendapatkan izin dari keluarganya, dan berbagai problema lainnya.

Namun sebenarnya guru-guru ini memahami pentingnya asupan ilmu pengetahuan bagi mereka dalam upaya mendidik, mengajar, dan mencetak putera puteri bangsa yang berprestasi dan berkarakter. Pendidikan karakter yang sedang digalakkan di semua tingkat pendidikan mulai dari TK, SD/ MI, SMP/ MTs, dan SMA/ SMK/ MA sangat membutuhkan peran serta dan keseriusan guru dalam menerapkannya di tempat mengajar masing-masing. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, guru yang belum mendapatkan pembekalan ilmu mengenai pendidikan karakter harus pandai-pandai mendapatkan informasi mengenai pendidikan karakter ini. Misalnya dengan searching info di internet atau melalui e-book dan sebagainya. Tentu saja hal ini akan bisa berjalan jika guru tersebut melek teknologi alias tidak gagap teknologi (gaptek).

Sekarang ini gadget dan laptop bukanlah barang mewah yang sulit untuk mendapatkannya. Apalagi bagi para guru, baik PNS maupun Non PNS, dan guru yang sudah bersertifikat pendidik, yang tiap bulannya mendapatkan tunjangan profesi guru (TPG) yang nilainya cukup besar. Sehingga untuk membeli laptop dan gadget bukanlah hal yang sulit. Dengan menggunakan laptop dan gadget yang terhubung internet, maka para guru dapat mengetahui informasi apa saja yang belum pernah didapat.

Selain itu, untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran, guru harus mempunyai bekal ilmu yang baik dalam menyampaikan materi dan harus mempunyai trik-trik khusus dalam menghadapi siswa. Keberagaman siswa dalam kelas, membuat guru harus mempunyai inovasi dan cara-cara menarik dalam penyampaian materi. Salah satu cara adalah menyampaikan materi di depan kelas dengan cara menampilkan ringkasan materi melalui laptop yang tersambung dengan LCD proyektor. Dengan cara penyampaian seperti ini ditambah lagi dengan lembar kerja yang dibuat semenarik mungkin, akan bisa menarik minat siswa dalam memperhatikan dan fokus kepada materi yang sedang diajarkan. Jika siswa sudah fokus dan sudah merasa tertarik dengan apa yang didengar dan dilihatnya, maka guru akan dengan mudah menyampaikan materi pelajaran tersebut dan siswa juga lebih mudah memahami materi yang diberikan.

Namun pada pelaksanaannya, pembelajaran di kelas tidak semuanya bisa dibuat seperti hal di atas, dikarenakan keterbatasan jumlah LCD  proyektor milik sekolah, dan jumlah yang ada belum memadai dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pemakaian untuk masing-masing kelas. Bahkan ada sekolah yang belum mempunyai LCD proyektor.

Menyikapi hal ini, jika hanya menunggu sarana dan prasarana yang disediakan sekolah, maka sulit bagi guru untuk mengembangkan inovasi dengan berbagai model pembelajaran. Keterbatasan yang dimiliki sekolah akan bisa tertutupi jika guru mau memenuhi kebutuhan dan sarana prasarana yang diperlukan dalam menunjang penyampaian materi pembelajaran, yang tadinya harusnya disediakan pihak sekolah, namun dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya LCD proyektor, maka guru itu dengan kesediaan dan keikhlasan dalam upaya mendidik dan mengajar siswa, mau membeli LCD proyektor tersebut menggunakan dana pribadi. Jika guru memiliki LCD proyektor itu secara pribadi, maka guru tersebut tidak perlu mengantri untuk peminjaman dan pemakaian LCD proyektor sekolah yang jumlahnya terbatas. Guru-guru yang sanggup dan mau memenuhi sarana prasarana mengajarnya sendiri, guru-guru ini adalah guru millennial.

Dalam menjelaskan pembelajaran di kelas, tidak semestinya selalu hanya menggunakan laptop yang tersambung LCD proyektor, namun seiring perkembangan zaman, fungsi laptop bisa digantikan dengan tablet android yang terinstal screen mirroring, smart view, atau aplikasi pencetak layar lainnya, bisa juga menggunakan penyambung berupa alat semisal any-cast. Dengan adanya android ini, guru mempunyai alternatif untuk mengajar menggunakan laptop atau android.

Sebagai guru millennial, tentu saja guru yang sudah mempunyai bekal Iptek yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas dan kegiatan apapun yang mendukung keberlangsungan dunia pendidikan. Mulai dari penggunaan sarana pendukung Iptek sampai pada penerapannya dalam menjalankan tugas dan peran sebagai guru. Guru millennial dituntut harus sudah mahir menggunakan laptop dan android dalam pembelajaran, selain itu guru juga harus bisa mengerjakan tupoksi guru lainnya secara mandiri tanpa harus bergantung pada orang atau pihak lain, misalnya dalam hal pengetikan soal. 

Soal-soal dalam mata pelajaran eksakta membutuhkan kemahiran guru dalam mengetik soal dalam bentuk rumus dan dalam hal membuat gambar. Selain itu guru millennial juga bisa membuat soal online menggunakan aplikasi-aplikasi pembuatan soal online, salah satunya menggunakan aplikasi "Kahoot". Aplikasi "Kahoot" ini bisa dipelajari secara otodidak saja oleh guru tanpa harus mengikuti pelatihan atau seminar tentang "Kahoot". Belajar secara otodidak tentu saja harus didukung dengan kemahiran guru dalam menggunakan IT.

Menggunakan aplikasi pembuat soal online, serta memberikannya kepada siswa dalam bentuk ujian dan ulangan online, akan membuat pembelajaran makin menarik dan siswa makin tertantang untuk dapat menjawab soal dengan benar, karena dengan ulangan dan ujian online ini siswa langsung dapat melihat apakah jawaban mereka benar atau salah. Selain itu juga siswa akan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran dan ulangan jika disajikan dengan cara di atas, yang lebih menekankan pada audio visual.

Biodata Penulis
FRIANITA RISWANDI GABAN, S.Si. merupakan guru Matematika SMPN 14 Dumai, dan juga sebagai ketua MGMP Matematika SMP kota Dumai.