Ticker

6/recent/ticker-posts

Guru Generasi Milenial dan Tantangannya


EraPublik.com - Tokoh pemuda dan pendidikan SUMUT Junanda, M.Ed merupakan salah satu pemateri dalam acara menyambut Hari Guru Nasional di Aula FIP lt.3 UNIMED 30 November 2018.

Junanda,  M. ED merupakan perwakilan generasi milenial di acara tersebut. Selain diberbagai organisasi kepemudaan dan adat beliau juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Keluarga Alumni KAMMI Sumatera Utara. Dalam pengantarnya ia teringat di akhir memasuki abad ke 20 tema-tema tentang pendidikan dan dunia adalah globalisasi.


"Membayangkannya gimana gitu," masa itu kita di giring dalam perspektif global yang bermakna hubungan antara bangsa bukan searah melainkan multi arah. Masing-masing negara bangsa menjalin kerjasama bukan lagi satu dua dimensi namun berbagai dimensi dan segmentasi, hubungan secara ekonomi, politik, persenjataan, keamanan, pertukaran sumber daya bahkan investasi. Mediasi yang digunakan adalah negara.

Tak berhenti sampai disitu, globalisasi  tak sebatas hubungan negara dengan negara,  bangsa-bangsa. Saat itu proses global berubah menjadi hubungan antar manusia dengan manusia, secara individu langsung, dan tanpa batas. Medium yang digunakan adalah teknologi telekomunikasi. Kini alur telekomunikasi kita rasakan terus berkembang mulai dari yang tradisional seperti surat menyurat, hingga sekarang dapat dilakukan dengan _virtual direct massage_ .

Setelah globalisasi sekarang muncul tema-tema tantangan abad 21 bahkan sangat _viral_ dengan sebutan revolusi industri 4.0. Agak kaget juga, seolah sejak digulirkan dahulu, revolusi industri itu memiliki tahapan dari 1.0 ke 4.0

Dalam dunia pendidikan, menurut catatan saya ketika menikmati kondisi kekinian ini, sangat dirasakan bahwa eskalasi terbukanya peluang cukup besar dihadapan, sekaligus terpapar pula tantangan yang mesti kita ukur kendalikan.
Pertama, dalam pembelajaran, sekarang semua pengetahuan itu begitu terbuka ( _open source_ ) siapa saja boleh mengakses informasi. Dari mana saja, tentang apa saja dan kapan saja yang penting tersedia paket data. Mau dengar audio saja boleh dari mp3, mau lihat video sekaligus audio bisa pakai youtube, pakai IG, live fb, dsb. Dengan itu semua, pengetahuan menjadi mudah di akses, tanpa batas dan murah.
Karena sifatnya _open source_ , muncul masalah yaitu apa dan bagaimana peran pendidik dalam pembelajaran? Kompetensi apa yang mesti disiapkan oleh dalam menghadapi zaman ini?

Kedua, dari sisi outcome. Ini berbicara tentang pasca belajar, setelah berada disekolah selama belasan tahun, anak didik ini mau jadi apa, atau disiapkan mau seperti apa? Apakah siap melanjut ke jenjang berikutnya atau siap kerja? Jika lapangan tidak tersedia, mereka harus bagaimana? Menyusun Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menurut saya menjadi tolok ukur indikator untuk menjawabnya.

Ketiga, upaya memenuhi kebutuhan sekolah terkait sarana dan prasarana. Ini menjadi isu seksi dari tahun ke tahun.  Menyoal tuntutan realisasi anggaran 20 persen yang masih belum tepat sasaran bahkan belum sanggup menampung keterbutuhan sekolah.
Syukurlah sekarang pemerintah sedang menertibkannya melalui pangkalan data dapodik. Yang di dalamnya juga terdeteksi pemetaan mutu sekolah yang terintegrasi langsung dengan kondisi sekolah sebenarnya.


Keempat, adanya kesenjangan ilmu pengetahuan zaman lalu dengan zaman _now_ dalam berbagai ranah, baik secara kurikulum, pendekatan, model dan metode pembelajaran. Saya melihat ada keterkejutan dengan keterbukaan informasi dewasa ini. Dan saya setuju bahwa setiap sepuluh tahun harus ada kajian dan bahkan kebijakan untuk perubahan atau pengembangan kurikulum. Sebab hal ini memungkinkan kita dan generasi kita menghadapi perkembangan zaman.

Dari keempat tantangan diatas,  guru harus terus belajar dan asah kompetensi sesuaikan perkembangan zaman. Guru harus belajar teknologi yang berkembang agar tidak kalah dengan peserta didik. Karena peserta didik zaman milenial ini mudah sekali memperoleh/mencari informasi melalui kemajuan teknologi dan informasi.

Guru zaman milenial harus bisa memfasilitasi atau mempersiapkan peserta didik menuju generasi emas. Kurikulum sekarang berorientasi kepada siswa. Siswa harus lebih aktif dari guru dalam proses pembelajaran. Tinggalkan model pembelajaran yang lama,  dimana guru banyak menggunakan metode ceramah. Peserta didik akan mudah bosan kalau hanya ceramah. Terus lah kita kreatif menggunakan metode yang menarik,  agar siswa tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran.

Tapi itu semua akan berjalan lancar apabila sarana dan prasarana sekolah mendukung. Anggaran pemerintah 20% untuk pendidikan harus terealisasi dan tepat sasaran. Masih banyak sekolah terutama didaerah - daerah yang belum memadai sarana dan prasarana yang baik.  Walaupun demikian,  guru harus pandai memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mempersiapkan generasi emas dimasa mendatang.

Editor: SE